Buku HMI; HMI dan Rekayasa Asas Tunggal Pancasila
Rp.55.000
Spesifikasi | Keterangan |
---|---|
Judul | HMI dan Rekayasa Asas Tunggal Pancasila |
Penulis | Hasanuddin M. Shaleh |
Penerbit | Kelompok Studi Lingkaran, 1996a |
Tebal | 212 halaman |
Kondisi | Baru (POD) |
Harga | Rp. 55.000 |
Order | 085 728 063 419 (tlpn/sms/WA) |
082 213 229 219 (tlpn/sms) | |
Pin BB 579AB067 |
|
Buku HMI; HMI dan Rekayasa Asas Tunggal Pancasila |
Buku HMI ini berisi profil kesejarahan HMI, Ideologi, serta respon HMI terhadap rekayasa Asas Tunggal Pancasila. Buku HMI ini mempertegas kenyataan mengenai pergulatan politik kaum muda (HMI) dengan Orde Baru, sehingga menyadarkan HMI untuk merefleksikan kembali formasi gerakannya.
Pada 1983-1985 Benny melakukan penggarapan (penggarapan adalah istilah Ali Moertopo untuk mengobrak-abrik gerakan ormas dan partai politik, demikian menurut Dahlan Ranuwihardjo) terhadap umat Islam dengan memuluskan perintah Soeharto agar semua ormas dan parpol berasaskan Pancasila.
Ini adalah Déjà vu bagi umat Islam ketika Benny Moerdani menggarap (mengobok-obok) dan mengintervensi ormas-ormas Islam supaya tidak radikal dan tidak memperjuangkan masuknya syariat Islam ke dalam sistem bernegara di Indonesia. Daftar perbuatan Benny begitu panjang atas umat Islam. Salah satu yang paling fenomenal adalah kasus Tanjung Priok. Tapi sayangnya, ia lolos dari jeratan hukum dunia. Garapan pertama Benny adalah PII, Pelajar Islam Indonesia. Organisasi pelajar ini memiliki sejarah harum di masa lalu. Gagasan asas tunggal Pancasila menjadikan PII berjuang di bawah tanah. Sebab tahun 1985 PII merencanakan kongres menolak Pancasila sebagai asas. Dan sejak saat itu, organisasi ini dijadikan ilegal. PII juga dicap sebagai ekstrem kanan oleh pemerintah Orde Baru.
Penerimaan asas tunggal Pancasila oleh HMI berjalan alot. Pada mulanya, dalam persiapan kongres 1983 sudah ada utusan-utusan pemerintah yang alumni HMI atau penyebutan oleh anggota HMI saat itu adalah “antek-antek pemerintah”. Terjadilah konflik antara anggota HMI dengan alumni HMI.“Kakak” PII yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) juga digarap oleh Benny Moerdani. Hanya bedanya HMI tidak menjadi organisasi ilegal melainkan pecah menjadi dua. HMI Dipo 16 yang menerima Pancasila sebagai asas dan HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi) yang menolak Pancasila sebagai asas tunggal.Benih-benih konflik ini semakin tersemai dan terbuka dalam kongres di Padang, tahun 1986. Menyadari potensi reaktif HMI yang radikal, pemerintah mulai menggarap anggota-anggotanya yang dianggap akomodatif.
Buku HMI Rekayasa Asas Tunggal Pancasila ini patut untuk dibaca dan dikaji bagi siapa saja yang ingin mengetahui perjalan dan pergelutan HMI terhadap asas tunggal pancasila yang sampai sekarang masih menjadi polemik.
Posting Komentar