Buku Sastra; Metodologi Penelitian Antropologi Sastra
Spesifikasi | Keterangan |
---|---|
Judul | Metodologi Penelitian Antropologi Sastra |
Penulis | Suwardi Endraswara |
Penerbit | Ombak |
Tebal | 250 Halaman |
Kondisi | Baru |
Harga | Rp. 55.000 |
Order | 0857 2806 3419 (tlpn/sms/WA) |
0822 1322 9219 (tlpn/sms) | |
Pin BB 579AB067 |
| Buku Sastra; Metodologi Penelitian Antropologi Sastra |
Antropologi sastra terdiri atas dua kata yaitu antropologi dan sastra. Menurut Ratna (2011: 6), antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di dalamnya terkandung unsur-unsur antropologi. Dalam hubungan ini jelas karya sastra menduduki posisi dominan, sebaliknya unsur-unsur antropologi sebagai pelengkap. Oleh karena disiplin antropologi sangat luas, maka kaitannya dengan sastra dibatasi pada unsure budaya yang ada dalam karya sastra. Hal ini sesuai dengan hakikat sastra itu sendiri yaitu sastra sebagai hasil aktivitas kultural. Pendapat lain dikemukakan oleh Koentjaraningrat, antropologi sastra adalah analisi dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan.
Sebagai interdisiplin, dalam rangka menopang eksistensi karya sastra, psikologi sastra, sosiologi sastra dan antropologi sastra dianggap telah mewakili keseluruhan aspek ekstrinsiknya. Seperti di atas, psikologi sastra menganalisisnya dari segi kejiwaan, sosiologi sastra menganalisis dari segi masyarakatnya, sedangkan antropologi sastra dari segi kebudayaan. Perbedaaan dilakukan semata-mata sebagai salah satu cara untuk menentukan bahwa suatu objek didominasi oleh salah satu ciri sehingga pantas dianalisis dari pendekatan tersebut. Psiokologi sastra, misalnya, baik dilakukan pada karya yang banyak mengandung konflik batin. Sosiologi sastra terhadap karya sastra yang banyak bercerita mengenai berbagai peristiwa dalam masyarakat. Sedangkan antropologi sastra pada karya yang mengandung tema, pesan, pandangan dunia, dan nilai-nilai kehidupan manusia, kebudayaan pada umumnya, khususnya yang berkaitan dengan mas lampau. Perbedaan yang dimaksudkan jelas tampak melalui objek formal karya sastra masing-masing.
Pentingnya analisis unsur kebudayaan dalam karya sastra dikemukakan oleh Sudikan, antropologi sastra mutlak diperlukan dikarenakan, pertama sebagai perbandingan terhadap psikologi sastra dan sosiologi sastra. Kedua, antropologi sastra diperlukan dengan pertimbangan kekayaan kebudayaan seperti diwariskan oleh nenek moyang.
Analisis antropologi sastra adalah usaha untuk mencoba memberikan identitas terhadap karya sastra dengan menganggapnya sebagai mengandung aspek tertentu yaitu hubungan ciri-ciri kebudayaannya. Cara yang dimaksudkan tentunya mengacu pada defenisi antropologi sastra. Ciri-cirinya seperti; memiliki kecenderungan kemasa lampau, citra primordial, citra arketipe. Ciri-ciri lain, misalnya; mengandung aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing, berbicara mengenai suku-suku bangsa dengan subkategorinya, seperti; trah, klen dan kasta. Bentuk kecenderungan yang dimaksudkan juga muncul sebagai peguyuban tertentu, seperti; masyarakat pecinaan, pesantren. Daerah-daerah tertentu; kampung Bali, Minangkabau, Jawa, Mandar, Bugis, Papua. Kelompok-kelompok tertentu; priayi, santri, abangan, atau bangsawan.
| Buku Bahasa Indonesia; Metodologi Penelitian Antropologi Sastra |
Antropologi sastra terdiri atas dua kata yaitu antropologi dan sastra. Menurut Ratna (2011: 6), antropologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra yang di dalamnya terkandung unsur-unsur antropologi. Dalam hubungan ini jelas karya sastra menduduki posisi dominan, sebaliknya unsur-unsur antropologi sebagai pelengkap. Oleh karena disiplin antropologi sangat luas, maka kaitannya dengan sastra dibatasi pada unsure budaya yang ada dalam karya sastra. Hal ini sesuai dengan hakikat sastra itu sendiri yaitu sastra sebagai hasil aktivitas kultural. Pendapat lain dikemukakan oleh Koentjaraningrat, antropologi sastra adalah analisi dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan.
Sebagai interdisiplin, dalam rangka menopang eksistensi karya sastra, psikologi sastra, sosiologi sastra dan antropologi sastra dianggap telah mewakili keseluruhan aspek ekstrinsiknya. Seperti di atas, psikologi sastra menganalisisnya dari segi kejiwaan, sosiologi sastra menganalisis dari segi masyarakatnya, sedangkan antropologi sastra dari segi kebudayaan. Perbedaaan dilakukan semata-mata sebagai salah satu cara untuk menentukan bahwa suatu objek didominasi oleh salah satu ciri sehingga pantas dianalisis dari pendekatan tersebut. Psiokologi sastra, misalnya, baik dilakukan pada karya yang banyak mengandung konflik batin. Sosiologi sastra terhadap karya sastra yang banyak bercerita mengenai berbagai peristiwa dalam masyarakat. Sedangkan antropologi sastra pada karya yang mengandung tema, pesan, pandangan dunia, dan nilai-nilai kehidupan manusia, kebudayaan pada umumnya, khususnya yang berkaitan dengan mas lampau. Perbedaan yang dimaksudkan jelas tampak melalui objek formal karya sastra masing-masing.
Pentingnya analisis unsur kebudayaan dalam karya sastra dikemukakan oleh Sudikan, antropologi sastra mutlak diperlukan dikarenakan, pertama sebagai perbandingan terhadap psikologi sastra dan sosiologi sastra. Kedua, antropologi sastra diperlukan dengan pertimbangan kekayaan kebudayaan seperti diwariskan oleh nenek moyang.
Analisis antropologi sastra adalah usaha untuk mencoba memberikan identitas terhadap karya sastra dengan menganggapnya sebagai mengandung aspek tertentu yaitu hubungan ciri-ciri kebudayaannya. Cara yang dimaksudkan tentunya mengacu pada defenisi antropologi sastra. Ciri-cirinya seperti; memiliki kecenderungan kemasa lampau, citra primordial, citra arketipe. Ciri-ciri lain, misalnya; mengandung aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing, berbicara mengenai suku-suku bangsa dengan subkategorinya, seperti; trah, klen dan kasta. Bentuk kecenderungan yang dimaksudkan juga muncul sebagai peguyuban tertentu, seperti; masyarakat pecinaan, pesantren. Daerah-daerah tertentu; kampung Bali, Minangkabau, Jawa, Mandar, Bugis, Papua. Kelompok-kelompok tertentu; priayi, santri, abangan, atau bangsawan.
| Buku Bahasa Indonesia; Metodologi Penelitian Antropologi Sastra |
Posting Komentar